Jumat, 13 Desember 2013

SAHABAT itu.....

Menindak lanjuti apa itu "sahabat"...
Bukan hanya sekedar mengenal dan juga memahami, tetapi mampu memberikan komentar negatif dan positifnya! bukan sekedar memaafkan, tapi juga meminta maaf..
Aahhh, saya rasa kata-kata itu bosan untuk didengar sebagai suatu alasan.
Lantas sebenarnya apa, siapa dan bagaimana "sahabat" itu?
Terlepas dari benar atau salahnya pandangan saya tentang "sahabat", yang saya rasakan "sahabat" yang paling nyata adalah IBU...
Pernahkah anda berfikir hal yang sama? bahwa "sahabat" terbaik dan yang paling NYATA itu adalah seorang IBU?
Ia yang selalu mampu memahami, Ia yang selalu memaafkan, Ia yang tak pernah lelah mengingatkan kita akan kebaikan dan keburukan yang mungkin saja terjadi.
Tidakkah anda berfikiran bahwa itulah "sahabat" yang sesungguhnya?
Yaa,, sebaiknya anda fikirkan kembali dengan segala kerendahan hati dan fikiran yang anda miliki!
so,, masih beranikah anda berkata "dia sahabatku", "kami bersahabat" !!

SAHABAT?

Kehidupan itu penuh dengan lika liku, ada senang, ada susah, ada yang santai, dan ada yang terburu-buru dalam menjalaninya..
Begitupula tentang lingkungan, ada lingkungan keluarga, tetangga, teman, bahkan sahabat.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah “sahabat” itu memang ada?
Yang saya tahu keluarga, tetangga, dan teman memang nyata adanya begitupula kan yang anda fikirkan?
Mungkin memang ada yang merasakan dan mengalami memiliki seorang sahabat, namun hanya beberapa orang dan perbandingannya bisa dikatakan satu berbanding sekian juta bahkan trilyunan orang didunia.
Ok, sebelum menjawab pertanyaan yang pertama, lebih baik kita tahu dulu sebenarnya sahabat itu apa, siapa, dan bagaimana?
Apakah orang yang selalu bersama kita kemanapun kita pergi?, orang yang tahu siapa dan dimana keluarga kita?, ataukah orang yang mengerti akan sifat dan keinginan kita?
Ya, mungkin semuanya bisa dikatakan termasuk kriteria seorang “sahabat”. Tapi apakah hanya itu saja? Bagaimana jika orang yang selalu tahu kita pergi kemana namun tidak tahu apa yang kita lakukan ditempat itu? Hal positifkah atau negatifkah yang kita lakukan? Baik atau tidak kah untuk kita? Apa itu sahabat?
Bagaimana pula dengan orang yang tahu siapa dan dimana keluarga kita namun ketika ada sesuatu yang terjadi pada diri kita dia tidak bisa menghubungi keluarga kita dengan alasan yang tidak jelas? Apakah itu sahabat?
Lalu, bagaimana dengan orang yang mengerti akan sifat dan keinginan kita jika dia tetap memaksakan kehendak pada kita untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah kita sukai dan inginkan, apa itu sahabat?
Sungguh, semakin tidak dimengerti..
Banyak yang berkata “kami adalah sahabat”, “saya sahabatnya”. Namun apa yang terjadi? Bardasarkan fakta (ehm,ciee..) pada nyatanya didalam hati masing-masing atau salah satunya ada niatan untuk saling menjatuhkan, saling iri hati, saling menjerumuskan ke hal-hal yang dapat mempermalukan bahkan merugikan, apa itu yang dinamakan sahabat?
Aduuhh,, helloooo? Sebelum kata-kata itu terlontar lebih baik kalian pikir-pikir dulu deh, daripada kata “sahabat” bisa memutuskan jalinan silaturahmi? Iya kan?
Jadi, masihkah percaya bahwa “sahabat” itu ada?
Bagi anda yang merasa “memang” memiliki seorang “sahabat”, bersyukurlah dan jangan pernah tinggalkan ia dalam keadaan yang bagaimanapun, tapi bagi yang “belum” memiliki seorang sahabat its ok jangan galau. Karena sesungguhnya “sahabat” itu sudah kita miliki sejak kita pertama kali lahir kedunia, siapakah dia???
Tunggu di season selanjutnya yaa! ;)

Rabu, 11 Desember 2013

ANAK BERKESULITAN KOMUNIKASI DAN MASALAH PERILAKU SOSIAL

ANAK BERKESULITAN KOMUNIKASI DAN MASALAH PERILAKU SOSIAL
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen: Drs. Sumardi, M.Pd


Disusun oleh:
Kelompok 11
Linda Purnamasari NIM 1103783
Meli Nurmaelani NIM 1104629
Isbadi Mulya NIM 1105564

Kelas Int. Matematika Semester 5


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kesuliatan berkomunikasi merupakan salah satu kekurangan pada sindrom autisme. Ciri lain dari autisme adalah masalah keterampilan sosial yang tidak umum. pada umumnya sindrom autisme ini dikaitkan dengan masalah perilaku. Ada kaitan antara kesulitan komunikasi dengan masalah perilaku yang merek lakukan. Setelah autisme semakin banyak dipelajari, ternyata ada ciri-ciri lain yaitu kesulitan memulai dan mempertahankan perhatian, menginterprestasikan komunikasi verbal, dan mengembangkan keterampilan seperti menetukan urutan dan mengorganisir seusatu.
Sebagian besar pembahasan mengenai kemampuan berkomunikasi pada anak autis adalah mengenai keterampilan mereka untuk berekspresi, sedangkan penelitian atau pembahasan tentang kemampuan mereka untuk mengartikan mereka dan stimulus komunikasi di sekitar mereka masih sedikit. Fokus pada bab ini adalah pada anak kesulitan autis untuk memahami komunikasi dalam lingkungannya. Jika kita dapat mengidentifikasi kekurangan dalam komunikasi resptif ini, maka kita dapat membicarakan pendukung lingkungan maupun strategi bimbingan untuk mengurangi atau mengeliminir berbagai masalah sosial/ perilaku, diikuti dengan cara-cara mengajarkan keterampilan yang dapat meningktkan perilaku sosial seperti yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Apa yang dimaksud siswa dengan hambatan kecerdasan dan fisik motorik?
2. Bagaimana hunbungan antara masalah perilaku sosial dengan komunikasi?
3. Apa yang dimaksud dengan masalah perilaku sosial?
4. Apa yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi?
5. Bagaimana cara menanggulangi masalah perilaku sosial anak?
6. Bagaimana cara meningkatkan komunikasi anak autis yang non verbal?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui hambatan kecerdasan dan fisik motorik.
2. Mengetahui hubungan antara perilaku sosial dengan komunikasi.
3. Mengetahui masalah perilaku sosial.
4. Mengetahui penyebab kesulitan berkomunkikasi.
5. Mengetahui cara menanggulangi masalah perilaku sosial anak.
6. Mengetahui cara meningktakan komunikasi anak autis yang non verbal.
D. Metode Penulisan
Dalam proses menyelesaikan makalah ini penulis menggunakan metode heuristik. Metode heuristik yaitu proses pencarian dan pengumpulan sumber-sumber data. Selain itu juga penulis menggunakan studi literatur sebagai teknik pendekatan dalam proses penulisannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Siswa dengan Hambatan Kecerdasan dan Fisik Motorik
Individu dengan hambatan perkembangan motorik adalah mereka yang mengalami keterbatasan dalam 10 wilayah spesifiknya dalam perilaku adaptifnya, seperti: a) berkomunikasi, b) merawat diri, c) kehidupan dirumah d) kemapuan social e) bermasyarakat, f) pengendalian diri, g) kesehatan dan rasa aman, h) fungsi akademik, i) menentukan waktu istirahat dan menentukan waktu bekerja. Mereka ini seringkali lebih mudah dikenali dibandingkan dengan individu yang hambat mengalami hambatan-hambatan lainnya.

B. Hubungan antara Masalah Perilaku Sosial dengan Komunikasi
Pendekatan yang baru terhadap intervensi perilaku cenderung ingin mengidentifikasi perlunya memasukkan perilaku dalam konteks lingkungan dimana perilaku itu terjadi. Sudah semakin disadari bahwa ada hubungan langsung antara perilaku anak dengan kemampuan mereka untuk menggunakan sarana lain untuk mengkomunikasikan kemapuan mereka dalam suatu situasi. Perilaku ini dikatakan memiliki fungsi komunikasi yang merupakan upaya untuk mengirimkan pesan komunikasi. Hal ini difokuskan pada fungsi komunikasi yang menyimpang, yang digunakan agar orang lain tahu.
Ketidakmampuan anak untuk mengkomunikasikan kemauan dan kebutuhannya melalui sarana sosial atau komukatif yang lebih dapat diterima ini menjadi target bimbingan bagi anak autis. Dengan memperhatikan perilakunya dalam konteks komunikasi maka diperoleh berbagai tujuan bimbingan bagi anak autis. Pendekatan perilaku sebagai bentuk komunikasi ini secara efektif dapat menghilangkan aspek masalah komunikasi. Pendekatan ini difokuskan pada output anak yang harus diperbaiki, dan lebih memperhatikan adanya peristiwa/ kejadian bawaaan, yaitu keterampilan perilaku dan sosial anak. Dengan menggunakan pendukung lingkungan untuk meningkatkan komunikasi secara nyata mempengaruhi keseluruhan perilaku anak autis.

C. Definsi Masalah Perilaku Sosial
Perilaku anak yang tidak diinginkan itu bisa dimulai dari sikap agresif atau menyakiti diri sendiri, sampai sikap ingin menang sendiri atau sikap mengganggu. Identifikasi masalah perilaku seperti ini subyektif sifatnya. Apa yang menjadi masalah di suatu situasi bisa diterima di setting yang lain atau dengan orang lain. Apa yang dirasakan mengganggu atau tidak dapat ditolelir pada seseorang mungkin diinterprestasikan sebagai bentuk komunikasi sebagai bentuk komunikasi khusus oleh orang lain. Masalah-masalah potensial pada anak autis diantaranya bagaimana memulai atau menghentikan suatu kegiatan, mengubah ke aktivitas yang baru, mengubah lokasinya, mengubah kegiatan, dan mengubah rutinitasnya.
Ketidakmampuan anak untuk menangani rutinitas kegiatan di rumah, di sekolah maupun di masyarakat secara independent masih ada yang menganggapnya sebagai realitas ‘perilaku’. Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan masalah perilaku adalah tindakan atau perilaku yang ditargetkan untuk berubah karena pengaruh negatifnya terhadap lingkungan sosial atau keberhasilan pendidikan anak autis.

D. Penyebab Kesulitan Berkomunkikasi
Pengasuh anak autis serta orang-orang yang mengalami kesulitan komunikasi yang parah dengan anak autis telah melaksanakan serangkaian pengamatan terhadap kemampuan anak untuk memahami informasi verbal. Terlihat bahwa kita sering mendengar hasilnya bahwa anak autis tidak konsisten, ia mengerti apa yang dikatakan orang, tetapi ia hanya melakukan sekehendak hatinya saja atau ia memanipulasi setiap orang.
Pengamatan yang lebih mendalam terhadap anak tersebut menunjukan bahwa banyak diantara anak autis itu yang nyata mengalami kesulitan memahami dan menggunakan informasi bahasa secara efektif. Pemahaman mereka lebih banyak didasarkan menggabungkan isyarat menjadi sat, bukan pada pemahaman pesan verbal yang spesifik. Kurangnya kerjasama atau kemandiriannya sebenarnya diakibatkan oleh tidak dipahaminya apa yang diinginkan dari mereka atau apa yang akan terjadi. Mereka mungkin hanya menginterprestasikan sebagian saja dari pesan komunikasi yang disampaikan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak autis kesulita dalam mengendalikan perhatian atau memusatkan perhatiannya sendiri. Keterampilan komunikasi social membutuhkan kemampuan untuk menginterprestasikan interaksi sosial yang mengalir deras dan dinamis, tetapi anak autis tidak memiliki kemampuan tersebut sehingga akibatnya akan melamun tidak berpartisipasi, serta auditorynya yang tidak konsisten. Anak autis lebih memilih hal-hal yang tidak bervariasi dan lebih dapat diketahui. Cara-cara berkomunikasi seperti dengan kata-kata, tanda manual, atau isyarat itu hanya sementara saja, dan tanda-tanda tersebut hanya terlihat dalam waktu singkat/sementara saja sehingga membutuhkan prosesing yang cepat.
Menurut Kelamahar (2001:27), anak autis adalah anak yang menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan prosesing informasi sementara secara berurutan. Sementara itu, anak autis menunjukn kekuatannya pada tugas-tugas yang mencakup intrpretasi terhadap stimulus yang tidak bersifat sementara (non transient) yang diproses secara gestalt. Istilah gestalt adalah interpretasi pesan secara keseluruhan, bukan melalui analisis unsure-unsurnya.
Kita perlu mempertimbangkan implikasi anak yang mengalami kesulitan dalam mengubah perhatiannya dan mencoba menangkap inti pesan auditory yang sifatnya sementara itu. Sifat sementara dari pesan auditory yang digabungkan dengan ketidakmampuan anak untuk memperhatikan sesuatu itu menimbulkan system pemahaman terhadap lingkungan yang tidak efisien. Pesan lisan mungkin sudah selesai, sementara anak belum terfokus untuk menerima pesan tersebut. Sebaliknya, pesan komunikasi yang visual (non transien) memberikan kesempatan pada anak untuk memusatkan perhatiannya sebelum pesan itu selesai. Stabilitas dari pesan visual terseut menyebabkan anak mendapat kesempatan/waktu untuk berpartisipasi atau mengubah perhatiannya.
Akibatnya, anak-anak seperti ini lebih memahami apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Selain itu pesan visual masih bisa dilihat, sehingga anak bisa memfokuskan diri dalam waktu yang cukup lama untuk dapat mengingat pesan komunikasi tersebut dalam otaknya. Menggunakan pendukung lingkungan yang visual untuk meningkatkan interaksi komunikasi dan mendukung pemahamannya dapat menjadi dasar yang penting untuk komunikasi yang lebih efektif. Dasar ini dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan anak, bukan pada kesulitan paling besar pada anak autis.
Jika pendukung visual itu digunakan untuk memberi informasi dan mengarahkan anak, maka pemahaman anak tersebut akan meningkat secara nyata. Pada anak yang mengalami kesulitan komunikasi yang parah, penggunaan komunikasi visual lebih efektif dan efisien daripada hanya berbicara saja. Implementasi sistem visual dan strateginya sebagai bagian dari sistem komunikasi anak autis terbukti secara nyata menurunkan masalah perilaku dan meningkatkan interaksi komunikasi fungsional yang efektif pada sebagian besar anak. Teknik yang dibahas dalam bab ini dapat diadaptasikan untuk mendukung program perilaku yang paling dasar yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan anak.

E. Cara Menanggulangi Masalah Perilaku Sosial Anak
Ada dua tujuan utama dalam menanggulangi masalah perilaku sosial anak dari segi komunikasi:
1. Menciptakan lingkungan yang mendukung, agar supaya kesulitan perilaku sosial berkurang dan dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem alat peraga visual untuk mendukung komunikasi, yang terutama difokuskan pada bagaimana caaranya memberikan komunikasi. Dalam menganalisis situasi dimana perilaku yang tidak diinginkan itu timbul, terihat bahwa perilaku itu karena anak tidak mengerti apa yang terjadi. Pada umumnya anak diasumsikan mengerti, tetapi pada kenyataannya ia tidak mengerti. Metodologi menyarankan untuk mengajarkan rutinitas kegiatan yang dapat dikenal anak dan membuat jadwal, perubahan dan transisi dari hal-hal yang dikenal anak merupakan masalah yang potensial.
Semua strategi yang ditulis dalam bab ini merupakan bagian dari program yang berhasil mengurangi atau mengeliminir berbagai kesulitan perilaku sosial. Tujuan menggunakan komunikasi visual adalah untuk meningkatkan pengertian anak tentang apa yang sedang terjadi dengan hidupnya dan apa yang diharapkan darinya. Setelah ia memahami, ia akan lebih menyesuaikan diri dengan setting yang ada. Hal ini bisa terjadi pada yang verbal ataupun yang non verbal. Tujuan utama strategi ini adalah untuk mendukung komunikasi dengan anak, memberikan informasi dan struktur.
2. Mengembangkan keterampilan alternative, agar perilaku yang tidak disukai itu berkurang, berlaku untuk anak verbal maupun non verbal. Adanya alat peraga visual dapat membantu anak memfokuskan perhatiannya, menanggulangi transisi, menerima perubahan, mengkomunikasikan keinginan, mengikuti prosedur, dan mengembangkan keterampilan lain yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan perilaku. Peraga visual ini dapat digunakan untuk mengajarkan langkah-langkah ang harus dilakukan untuk melakukan rutinitas kegiatan atau mengajarkan respon yang harus diberikan terhadap situasi tertentu, agar anak dapat berperilaku lebih baik.
Jika dikembangkan secara efektif, pendukung visualini akan lebih bermanfaat sehingga penerapannya dapat dilakukan dirumah, di sekolah, maupun dalam masyarakat. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGERTIAN Apakah anda membawa kalender atau planner harian? Apakah anda menuliskan catatan atau daftar? Bagaimana menggunakan menu dan jadwal? Alat peraga dasar ini dapat diterjemahkan kedalam sejumlah besar peraga lain untuk meningkatkan pemahaman anak. Banyak guru yang menggunakan peraga visual dikelasnya, seperti jam, tanda-tanda, poster, label, alat-alat rumah tangga/perabotan, serta tanda tanda visual yang lain dapat memberikan informasi bagi anak jika anak tersebut mengerti bagaimana memperoleh informasi dari alat peraga tersebut.
Langkah pertama adalah mengajak anak auttis untuk menginterpretasikan komunikasi visual yang secara alami sudah ada itu secara akurat. Penddukung lingkungan dapat meningkatkan pengertian anak, sehingga mengurangi atau mengeliminir maslah perilaku social. Jika anak mengerti apa yang sedang terjadi atau apa yang diharapkan, mereka lebih mampu menyesuaikan diri dengan harapan tersebut. Bab ini menjelaskan 3 jenis pendukung: alat untuk memberi informasi, member perintah, dan mengkomunikasikan aturan.

F. Cara Meningktakan Komunikasi Anak Autis Yang Non Verbal
Sampai saat ini masih belum diketahui faktor fisik apa yang menyebabkan autism. Dikatakan bahwa autism itu ada hubungannya dengan sejumlah perilaku yang berbeda antar satu individu dengan yang lain, dan bila disatukan bisa menunjukkan adanya autisme. Setiap tingkah ketidakmampuan terbentuk oleh keparahan masalah yang dihadapinya serta gejalanya. Ada anak autis yang sangat verbal, ada yang berbicara sedikit saja, dan lebih dari separo yang tidak bisa bicara sama sekali. Ada yang menunjukkan perilaku yang unik, seperti: menggerak-gerakkan tangan (flapping), ada yang suka dipeluk, ada juga yang bahkan tidak ingin disentuh.
Bab ini bukan untuk menjelaskan perilaku umum yang berkaitan dengan autisme maupun keunikan perilaku anak; namun demikian kita juga perlu mengerti dengan baik perbedaan individual pada anak-anak ini. Dengan memahaminya diharapkan program intervensi komunikasi bahasa anak tersebut akan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Seringkali anak autis dianggap sebagai anggota suatu kelompok, dan jarang diperlakukan secara individual. Hal ini bukan menjadi tujuan utama bab ini. Tujuan bab ini adalah memperkuat persepsi terhada kualitas unik anak strategi intervensi yang disarankan dalam bab ini haruslah dipertimbangkan untuk anak-anak. Jadi secara individual kita harus memodifikasi atau diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan anak, bab ini ditulis untuk anak non verbal. Dalam hal ini banyak perbedaan dalam hal bagaimana upaya anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Jadi akan lebih baik jika kita mengetahui bagaimana anak-anak ini berinteraksi dan bagaimana mereka mengembangkan perilaku sosial, kognitif dan bahasanya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berkomunikasi memang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, selain untuk berbincang-bincang dengan teman, orang tua, dan tetangga, berkomunikasi juga untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bagi sebagian orang terutama anak-anak normal berkomunikasi memang mudah, bahkan sangat mudah dan lancer, namun bagi anak-anak yang mengalami gangguan baik secara fisik maupun motoriknya berkomunikasi merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan bahkan mereka cenderung menjadi enggan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang selayaknya manusia lakukan, mereka lebih memilih diam dan tak berkomunikasi sama sekali, sering kali orang-orang yang normal menganggap bahwa mereka adalah orang-orang aneh dan mengganggu kenyamanan orang-orang normal lainnya. Padahal seyogianya mereka adalah manusia juga yang memerlukan perlindungan, pendidikan, dan perlakuan yang sama seperti orang-orang normal lainnya di masyarakat.
Oleh karena itu, dalam menghadapi anak-anak yang seperti ini harus dilakukan beberapa pendekatan terlebih dahulu seperti: mengidentifikasi penyebab ganggguan tersebut dan bagaimana cara menyembuhkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Atang Setiawan, dkk. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI PRESS.
http://nuy-acbt.blogspot.com/2013/02/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus/html?m=1 Diakses Tanggal: 5 Desember 2013
http://childrenclinic.wordpress.com/2012/10/26/deteksi-dan-stimulasi-kecerdasan-motorik-anak-sejak-dini/ Diakses Tanggal: 5 Desember 2013


Rabu, 04 Desember 2013

contoh RPP Micro Teaching

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : …… Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Materi Pokok : Panca Indera Manusia dan memeliharanya Kelas/Semester : IV/I Waktu : 1 x 15 menit I. KOMPETENSI SK : 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya KD : 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera II. INDIKATOR 1. Melalui diskusi siswa mampu memberi contoh cara merawat alat indera 2. Melalui Tanya jawab siswa mampu mencari informasi tentang kelainan alat indera yang disebabkan oleh kebiasaan buruk. III. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat menjelaskan cara merawat dan memelihara alat indera manusia : - Mata - Telinga - Lidah - Hidung - Kulit 2. Siswa dapat mampu menjelaskan kelainan alat indera yang disebabkan oleh kebiasaan buruk IV. MATERI PEMBELAJARAN Mengenal alat Indera Manusia, merawat dan memelihara kesehatan/alat indera  Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline), Rasa hormat dan perhatian (respect), Tekun (diligence), Tanggung jawab (responsibility) Dan Ketelitian (carefulness) V. KEGIATAN PEMBELAJARAN  Kegiatan awal : Apersepsi ( 3 menit) Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan  Kegiatan inti : ( 10 menit )  Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru :  Memberikan pertanyaan mengenai panca indra manusia  Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, siswa :  Berdiskusi kelompok  Menyebutkan panca indera manusia dan fungsinya  Menyebutkan dan menjelaskan kelainan panca indera yang disebabkan kebiasaan buruk  Menjelaskan cara memelihara kesehatan panca indera  Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan  Kegiatan akhir : ( 3 menit ) - Dengan bahasa yang sederhana guru membimbing siswa menyimpulkan mengenai materi yang telah dipelajari - Memberikan tugas VI. ALAT, MEDIA, DAN SUMBER RUJUKAN 1. Alat/Media : Kertas berisi gambar panca indera 2. Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Tugas 3. Sumber rujukan : Buku SAINS SD Relevan Kelas IV VII. PENILAIAN: Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal 1. Memberi contoh cara merawat alat indera. 2. Mencari informasi tentang kelainan alat indera yang disebabkan oleh kebiasaan buruk. Tugas Individu Laporan o Sebutkan contoh cara merawat alat indera. o Carikan informasi tentang kelainan alat indera yang disebabkan oleh kebiasaan buruk. FORMAT KRITERIA PENILAIAN  PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. Aspek Kriteria Skor 1. Konsep * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah 4 3 2 1  PERFORMANSI No. Aspek Kriteria Skor 1. 2. 3. Pengetahuan Praktek Sikap * Pengetahuan * kadang-kadang Pengetahuan * tidak Pengetahuan * aktif Praktek * kadang-kadang aktif * tidak aktif * Sikap * kadang-kadang Sikap * tidak Sikap 4 2 1 4 2 1 4 2 1  LEMBAR PENILAIAN No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai Pengetahuan Praktek Sikap 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. CATATAN :  Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.  Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial. Tasikmalaya ......................2013 Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mapel IPA .................................. .................................. NIP : NIP : Disusun oleh: Linda Purnamasari 1103783

Selasa, 03 Desember 2013

Merekonstruksi Pendidikan (Inovasi Pendidikan)

Merekonstruksi Pendidikan
Beberapa orang menyebutkan bahwa problema yang dihadapi pendidikan di Indonesia bagaikan penyakit kronis yang sudah menahun, sehingga sangat sulit untuk menyembuhkannya. Komentar seperti itu terkesan pesimistik, karena mengesankan bahwa problemnya begitu sulit dan seperti tidak ada jalan untuk “menyembuhkan”. Barangkali yang lebih bijak dikatakan bahwa problema di Indonesia sangat serius. Sehingga diperlukan upaya sungguh-sungguh, sistemik, dan konsisten untuk memperbaikinya Bukti bahwa banyak problema dalam pendidikan, rasanya tidak perlu diperdebatkan lagi. Walaupun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan orang tua juga mengikutkan anaknya untuk les ini dan itu, toh rata-rata Nilai Ujian Nasional (NUN) selalu saja rendah dan tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Bahkan, ketika ada kebijakan yang mematok batas kelulusan 4,01 segera banyak yang protes. Mereka khawatir banyak siswa yang tidak lulus. Diluar NUN (NUN memang bukan satu-satunya tolok ukur hasil pendidikan), prestasi siswa kita juga kurang menggembirakan. Dari aspek perilaku keseharian juga banyak kekurangpuasan terhadap siswa-siswa kita. Banyak orang yang mengeluh, kini siswa tidak sopan kepada orang tua ataupun guru, banyak siswa tidak lagi mau membantu orang tua mengerjakan tugas-tugas keseharian dirumah. Banyak siswa yang cenderung berhura-hura, jika lulus baju seragamnya di coret-coret, walaupun mereka tahu bahwa disekitarnya banyak anak-anak kurang mampu yang tidak dapat membeli baju seragam. Bahkan tawuran pelajar kini telah menjadi “hal lumrah” bagi siswa dan mahasiswa dan celakanya tawuran itu seringkali diikutu dengan pengrusakan fasilitas umum. Ungkapan tersebut terkesan didramatisasi, karena tentunya masih banyak siswa yang “baik-baik”. Akan tetapi paling tidak, hal itu merupakan gejala yang harus menjadi perhatian kita. Demikian buramkah wajah pendidikan kita?masih adakah sisi-sisi positifnya? Jawabannya masih. Di balik fakta-fakta yang negatif tersebut, ternyata ada beberapa fakta yang menggembirakan. Indonesia punya tokoh-tokoh yang memiliki prestasi gemilang dan kini menjadi tokoh-tokoh dunia. Beberapa diantaranya B.J. Habibie, Nurcholis Madjid, dan Quraish Shihab. Dan beberapa diantaranya adalah mereka yang berprestasi di Olimpiade beberapa mata pelajaran.

Kamis, 03 Oktober 2013